
Tambang emas mendorong spesies orangutan yang paling terancam punah – orangutan Tapanuli – menuju kepunahan sesungguhnya. Semua itu demi keuntungan lebih untuk konglomerat dari Inggris, yaitu Tambang emas Martabe.
Tambang emas Martabe telah menghancurkan sebagian besar hutan Batang Toru di Indonesia. Hutan ini merupakan satu-satunya rumah bagi ratusan orangutan Tapanuli yang tersisa.
Kini, perusahaan tambang tersebut ingin memperluas wilayahnya lebih jauh ke dalam hutan, sehingga mengancam satwa liar dan masyarakat setempat yang lebih berharga. Itulah sebabnya, bersama dengan Friends of the Earth Indonesia – Wanaha Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) – mengajak Anda untuk bertindak.
Ayo, beri tahu korporat Inggris untuk menghentikan perluasan tambang emas Martabe, sebelum terlambat. Hutan kita dan masyarakat yang tinggal di sana lebih berharga dari pada emas!
Satu suara Anda sangat berarti bagi kelestarian bumi, dan orangutan khususnya!
Orangutan tapanuli semakin terdesak
Sebelumnya, Walhi Sumatera Utara juga menyerukan penyelamatan ekosistem Batang Toru dalam rangka memperingati hari orangutan sedunia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Eksekutif Daerah Sumatera Utara (Sumut) melalui Direktur Eksekutif, Rianda Purba, turut hadir dalam webinar bertajuk “Jaga Hutan Jaga Orangutan” yang diselenggarakan secara daring, pada Senin (19/08/2024).
Webinar hari orangutan sedunia ini diinisiasi oleh Satya Bumi dan diisi oleh narasumber lintas instansi. Selain Rianda Purba, webinar juga dinarasumberi oleh Project Officer Satya Bumi Riezcy Cecilia, Anggota Komisi IV DPR RI Ibnu Multazam, Manajer Program Penyelamatan Satwa Yayasan Palung Sulidra Fredric, GIS Officer Yayasan HakA, serta dimoderatori oleh Jurnalis Betahita.id Kennial Laia.
Webinar ini berupaya mengupas tuntas penyebab fenomena konflik satwa antara orangutan dengan manusia akibat proyek-proyek besar seperti kebun, tambang, dan pembangkit listrik. Serta, membahas seputar undang-undang terbaru, yakni UU KSDAHE yang dinilai sebagai solusi atas konflik satwa yang selama ini terjadi.
Rianda menyampaikan, di Sumut terdapat konflik satwa berkepanjangan, antara orangutan Tapanuli dengan masyarakat tempatan di kawasan ekosistem Batang Toru. Hal ini disebabkan oleh habitat alamiah mereka yang diokupasi oleh berbagai perusahaan besar.
“Terjadinya pembukaan lahan dan hutan dengan skema Pemanfaatan Kayu Tumbuh Alami – Pemegang Hak Atas Tanah (PHAT), merupakan ancaman bagi segala upaya penguatan fungsi koridor satwa, orangutan, di kawasan ekosistem Batang Toru,” kata Rianda.
Lebih lanjut, Rianda juga mengatakan, di kawasan ekosistem Batang Toru terutama di wilayah Blok Barat, tengah dilanda krisis habitat orangutan Tapanuli. Pasalnya, wilayah tersebut kini telah terpeta-petakan menjadi konsesi berbagai perusahaan.
- Pencemaran mikroplastik semakin luas mengancam kesehatan masyarakat
Pencemaran mikroplastik mengancam kesehatan masyarakat. Dikhawatirkan berdampak besar pada manusia dan lingkungan. - Belém Mutirão dan paradoks diplomasi Indonesia di Amazon
Kesepakatan akhir COP 30 Brasil yang diberi nama Belém Mutirão gagal menyertakan komitmen terikat waktu untuk menghapus bahan bakar fosil. - Aksi hijau pelajar Sukabumi di Hari Guru Nasional 2025
Hari Guru Nasional 2025 dirayakan pelajar Sukabumi dengan cara yang paling bermakna dan visioner: menanam pohon. - Ketika iman menggugat keadilan iklim di tengah kepungan lobi fosil
Merespons dinamika di Belem, GreenFaith Indonesia merilis kertas posisi bertajuk ‘Iman untuk Keadilan Iklim’ - Lima petani tumbang ditembak dalam tragedi berdarah di Pino Raya, Bengkulu
Lima petani terkapar setelah timah panas yang diduga ditembakkan keamanan PT Agro Bengkulu Selatan (ABS) di Pino Raya, Bengkulu - Masa depan karbon biru dan peran Indonesia dalam peta iklim global
Karbon biru menawarkan peluang luar biasa untuk melindungi pesisir, mendukung masyarakat, dan solusi krisis iklim global








Tinggalkan Balasan