Tiga Krisis Planet bukan lagi ancaman di masa depan, melainkan kenyataan yang dampaknya sudah terasa saat ini.

Hadapi tiga krisis planet, suara pemuda Indonesia menggema di Abu Dhabi

Di tengah meningkatnya ancaman krisis keanekaragaman hayati (biodiversitas) global, sebuah peringatan keras datang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): dunia sedang menghadapi Triple Planetary Crisis atau Tiga Krisis Planet. Krisis yang mencakup perubahan iklim, hilangnya biodiversitas, serta polusi dan limbah ini menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan ekosistem dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Menghadapi tantangan monumental ini, suara para pemimpin muda dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menggema di panggung dunia pada IUCN World Conservation Congress di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, menawarkan perspektif dan solusi inovatif untuk mengatasi aspek krisis yang sering terabaikan.

Dalam sebuah panel diskusi yang diinisiasi oleh PROGRES (Prakarsa Konservasi Ekologi Regional Sulawesi) pada Jumat, 10 Oktober 2025, para pemimpin perempuan muda dari berbagai organisasi lingkungan di Asia Tenggara berkumpul untuk berbagi pengalaman. Sesi bertajuk “How youth tackle the overlooked aspect of biodiversity crisis in Southeast Asia” ini menjadi platform strategis bagi Belantara Foundation, Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA), dan 30×30 Indonesia & Diverseas untuk membedah tantangan dan menyajikan solusi nyata.

Ancaman tiga krisis planet

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, menegaskan bahwa Tiga Krisis Planet bukan lagi ancaman di masa depan, melainkan kenyataan yang dampaknya sudah terasa saat ini. Krisis ini secara langsung menggerus fondasi ekologi dan sosial yang menjadi penopang seluruh target SDGs. Tanpa upaya serius dan terpadu, pencapaian agenda global 2030 menjadi mustahil.

Triple Planetary Crisis dapat mengancam keberhasilan pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), karena krisis ini dapat mengancam fondasi ekologi dan sosial yang menopang seluruh SDGs,” ujar Dolly.

Ia menambahkan bahwa penyebab hilangnya biodiversitas di seluruh dunia bersifat multifaset dan saling terkait. “Secara umum di seluruh dunia, hilangnya biodiversitas disebabkan oleh alih fungsi lahan, eksploitasi yang berlebihan (over exploitation), perubahan iklim, polusi, hama dan penyakit, masuknya jenis asing invasif, serta konflik manusia-satwa liar.”

Di tengah kompleksitas masalah tersebut, solusi seringkali tidak datang dari formula yang rumit, melainkan dari sebuah kemampuan mendasar yang kerap terlupakan: mendengarkan. Direktur Yayasan KIARA, Rahayu Oktaviani, menekankan bahwa kemampuan ini adalah modal utama yang harus dimiliki oleh generasi muda pegiat konservasi. Menurutnya, sebagian besar permasalahan di lapangan hadir dalam bentuk distraksi atau kebingungan yang menyamarkan akar masalah sesungguhnya.

“Kemampuan utama yang perlu dimiliki oleh para generasi muda adalah kemampuan mendengarkan,” jelas Rahayu. “Oleh karena itu, melalui mendengarkan dengan ketulusan, kita akan bisa melihat kenyataan yang sebenernya terjadi di lapangan.”

Pendekatan ini memungkinkan para pegiat untuk memahami kebutuhan riil masyarakat dan ekosistem, melampaui data dan laporan di atas kertas.

Menerjemahkan prinsip “mendengarkan” ke dalam aksi nyata, Belantara Foundation secara aktif melibatkan generasi muda melalui program-program yang dirancang untuk membangun kepekaan dan kapasitas. Manajer Program & Fundraising Belantara Foundation, Diny Hartiningtias, memaparkan pendekatan inklusif yang mereka terapkan untuk mendekatkan isu biodiversitas kepada kaum muda dari berbagai latar belakang.

“Untuk mereka yang tinggal di daerah urban, para siswa sekolah menengah atas, kami ajak untuk mengamati dan mengidentifikasi biodiversitas di sekitar mereka melalui program Belantara Biodiversity Class,” kata Diny. “Bagi para generasi muda yang sedang meniti karir, Belantara memiliki program pelatihan, magang, penelitian skripsi atau tesis, bahkan melibatkan mereka dalam kegiatan survei biodiversitas.”

Program-program ini berfungsi sebagai inkubator yang tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga pengalaman langsung di lapangan, menumbuhkan generasi baru yang memahami kompleksitas konservasi secara holistik.

Jembatan antargenerasi

Upaya konservasi yang berhasil tidak dapat berjalan secara terisolasi. Kolaborasi, khususnya antara generasi muda dan senior, menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan gerakan. Co-Executive Director PROGRES, Sheherazade, menyoroti pentingnya jembatan antargenerasi ini. Menurutnya, generasi muda dapat memetik pelajaran berharga dari pengalaman dan kearifan para senior yang telah lebih dulu menghadapi tantangan konservasi.

“Ilmu, pengalaman, dan kebijaksanaan dari pengalaman ini sangat berharga bagi generasi muda dalam memulai inisiasi mereka,” ujarnya.

Namun, ia juga menekankan bahwa transfer ilmu ini harus berjalan dua arah. “Di saat yang sama, memiliki keberanian untuk mencoba hal yang baru, mengubah cara lama sesuai dengan konteks sekarang dan masa depan, tak kalah penting, menjadi dorongan utama bagi inisiasi-inisiasi anak muda.”

Dalam model ini, generasi senior berperan sebagai mentor yang membuka akses dan jaringan, sementara generasi muda membawa energi inovasi dan relevansi dengan tantangan zaman.

Panel diskusi interaktif ini juga turut dihadiri oleh narasumber lainnya, yaitu Pendiri 30×30 Indonesia & Diverseas, Brigitta Gunawan, yang semakin memperkaya dialog lintas organisasi.

Pada akhirnya, pelestarian biodiversitas adalah sebuah panggilan kolektif. Sebagaimana disimpulkan oleh Dr. Dolly Priatna, yang juga merupakan pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, tanggung jawab ini melampaui batas-batas institusional. “Pelestarian biodiversitas bukan hanya tugas pemerintah, tapi merupakan tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.

Oleh karena itu, sambung Dolly, pihaknya terus mendorong masyarakat khususnya generasi muda, untuk terus berinovasi mencarikan solusi atas permasalahan biodiversitas yang sedang dihadapi saat ini, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh genererasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Home Maps Network Search