Agam dari Rinjani ke Belém: Pemandu yang Jadi Pahlawan Brasil Kini Dilirik Netflix

Abdul Haris Agam, atau yang lebih dikenal sebagai Agam Rinjani, menjadi salah satu figur yang paling menarik perhatian di COP30, konferensi iklim PBB yang berlangsung di Belém, Brasil. Popularitasnya meningkat setelah aksi kemanusiaannya mengevakuasi jenazah pendaki Brasil di Gunung Rinjani, yang membuat publik Brasil menaruh simpati besar dan akhirnya membawa Agam ke panggung diplomasi iklim dunia.

Agam berada di Belém selama beberapa hari sebagai bagian dari delegasi Indonesia yang difasilitasi Kementerian Kehutanan. Ia menyebut kehadirannya sebagai kesempatan untuk “mempelajari bagaimana negara-negara lain menerapkan solusi lingkungan yang bisa diadaptasi di Indonesia.”

Selama mengikuti rangkaian acara COP30 sejak 12 November, Agam aktif mengunjungi paviliun dari berbagai negara. Ia mengaku terinspirasi dari ide-ide inovatif yang menurutnya bisa diadopsi di Indonesia. 

Dari paviliun China, misalnya, ia melihat pendekatan pemanfaatan sampah sebagai sumber bioenergi sekaligus produk suvenir bernilai ekonomi. Sementara dari paviliun Jepang, ia mempelajari teknologi panel surya yang mampu bekerja bahkan saat sinar matahari terhalang — sebuah inovasi yang menurutnya sangat relevan bagi kondisi Rinjani yang sering berkabut dan mempengaruhi pasokan listrik maupun komunikasi darurat seperti Starlink.

Saya menilai, solusi semacam itu bisa sangat berdampak. “Sampah gunung bisa banyak sekali. Energi juga dibutuhkan jika ada bencana,” ujarnya.

Viral di Rinjani, Dikenang di Brasil

Ketenaran Agam berawal ketika ia bersama rekannya, Tyo, mendengar kabar jatuhnya pendaki asal Brasil di Rinjani. Saat itu mereka berada di Jakarta, namun langsung terbang kembali ke Lombok untuk membantu evakuasi.
Di lapangan, mereka bekerja bersama Basarnas, aparat keamanan, pihak taman nasional, serta relawan. Meski Agam menegaskan bahwa keberhasilan misi itu merupakan kerja kolektif, namanya justru paling banyak disorot publik dan media.

Bagi masyarakat Brasil, aksi Agam telah menjadi simbol solidaritas. Saat menghadiri COP30, ia disambut ramah oleh warga Brasil bahkan ketika mengunjungi kapal Greenpeace Rainbow Warrior, beberapa orang yang mengenali kisahnya langsung mengajaknya berfoto.

Agam mengaku terharu. “Orang Brasil mirip orang Indonesia, ramah sekali. Hanya kendala bahasanya, jadi kadang kita hanya bisa berkomunikasi lewat senyum,” ujarnya.

Salah satu warga Brasil, Mairla Santos, mengatakan Agam dianggap sebagai pahlawan sejati. Dia menyampaikan terima kasih kepada Agam atas keberaniannya mengevakuasi warga Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani.

“Agam dianggap pahlawan oleh kami semua orang Brasil, karena semua otoritas di Indonesia, mereka tidak bisa menyelamatkan kami, warga Brasil, kan? Tapi Agam berhasil, bahkan setelah beberapa hari, ketika dia sudah tidak hidup lagi. Ini sangat penting bagi kami, semua orang Brasil,” kata Mairla di Belém.

Ditawari Film di Netflix

Lebih dari sekadar penyampaian iklim, Agam kini menjadi media inspirasi. Ia mengatakan bahwa tim Netflix Brasil telah menghubunginya sejak awal viral, dan proses pembuatan film dokumenter sudah berjalan. 

Judul sementara: “Namaku Rinjani” . Proyek itu tidak hanya mengambil adegan di Brasil, tetapi juga akan berlanjut ke Indonesia — mencakup syuting di Jakarta, Lombok, hingga Makassar. Salah satu bagian menarik akan menyoroti latihan penyelamatan bersama tim penyelamat Brasil di pegunungan.

Misi Lebih Besar: Iklim, Kemanusiaan, dan Keberlanjutan

Keikutsertaan Agam dalam COP30 bukan sekedar simbol personal, namun bagian dari gerakan sipil yang lebih luas. Ia menekankan bahwa sebagai warga negara biasa, ia merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk mengawasi implementasi kebijakan iklim. 

“Kalau resolusi dunia disepakati di sini, kita bisa pantau apakah pemerintah membawa hasil itu ke dalam kebijakan. Kalau tidak, saya bakal cuap-cuap di media,” kata Agam.

COP30 sendiri diadakan pada tanggal 6–21 November 2025 di Belém dengan fokus membahas cara mempercepat aksi iklim agar target kenaikan suhu global 1,5°C bisa tercapai. 

Pada konferensi ini juga muncul inisiatif kesehatan global: menurut WHO dan pemerintah Brasil, lebih dari 540.000 orang meninggal setiap tahun akibat musim panas ekstrem, dan banyak rumah sakit yang berisiko terganggu oleh dampak iklim.

Pulang untuk Menanam dan Merawat Rinjani

Agam tidak menutup mata. Pulang dari Brasil, ia sudah menyiapkan langkah konkret di tanah Rinjani. Sebagai bagian dari komitmennya, ia berencana menanam pohon pada musim hujan mendatang, agar Rinjani tetap terjaga. Rencananya akan dimulai pada bulan Desember agar tidak disiram saat kemarau tiba.

Rencana itu sejalan dengan status Rinjani sebagai Geopark Global UNESCO. Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang luasnya mencapai sekitar 41.330 hektar, tidak hanya mengandung nilai wisata dan keindahan alam, tetapi juga kekayaan geologi dan warisan budaya.

Panggilan dari Alam

Kisah Agam Rinjani lebih dari sekedar viral di media sosial atau kesepakatan film. Ia mewakili simbol bahwa lokalitas, keberanian, dan kerja kemanusiaan dapat bersinergi dengan agenda global seperti perubahan iklim. 

Dalam konferensi besar seperti COP30, ia berdiri di persimpangan — antara tokoh pahlawan lokal, advokat lingkungan, dan duta diplomasi sipil.

Ketika Agam kembali ke Lombok nanti, ia membawa bukan hanya cerita heroik, tetapi juga solusi konkret dan pengalaman dunia yang bisa dirajut kembali untuk menjaga Rinjani — gunung yang bukan hanya Saksi keindahan alam, tetapi juga tanggung jawab bersama. Gunung setinggi 3.726 meter itu, selain ikonik sebagai geopark, kini punya tugas yang berbicara tentang masa depan bumi. (*)

Home Maps Network Search