
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin meninjau lokasi pascabencana longsor di Kampung Cibatu Hilir, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Senin (29/01/2024). Bencana longsor yang terjadi pada Rabu (24/1/2024), Bey menyebut membuat belasan rumah rusak dan ratusan warga mengungsi.
Ada sebanyak 13 rumah tertimbun dengan total jiwa yang kehilangan tempat tinggal berjumlah 54 orang. Jumlah pengungsi dari 16 KK, terdiri dari balita tiga jiwa, anak 12 jiwa, dewasa 36 jiwa, Lansia 2 jiwa, disabilitas 1 jiwa.
“Penanganan pengungsi sudah sangat baik. Pengungsi dengan penderita darah tinggi dan sebagainya terus diperhatikan,” ujar Bey Machmudin.
Saat ini Pemdaprov Jabar beserta Pemda Kabupaten Sukabumi akan memikirkan solusi yang tepat untuk menentukan tempat tinggal untuk para pengungsi dengan menunggu hasil assesment kondisi tanah di lokasi pascabencana longsor dari tim Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
“Tim (melakukan) assesment kondisi tanah di lokasi, kami bersama Pemda Kabupaten Sukabumi dan BPBD Jabar mencari solusi, bagaimana rumah tinggal saudara kita ini. Apa direlokasi atau menunggu hasil dari Badan Geologi, apa masih bisa ditempati,” ungkap Bey.
Bey melarang pengungsi untuk mengambil barang – barang yang sudah tertimbun tanah karena masih berpotensi terjadi bencana longsor susulan.
“Jika tertimbun, akan susah dan membahayakan, dan kami diusahakan jangan dulu mengambil barang yang tertimbun,”katanya.
Pascabencana longsor, Bey meminta Wakil Bupati Sukabumi agar anak – anak tidak lepas belajar walau masih tinggal di lokasi pengungsian. Ia menyebut Dinas Pendidikan akan memberikan peralatan untuk bersekolah.
“Saya meminta kepada Wakil Bupati, anak – anak harus sekolah walaupun tidak ada seragam. Dipaksakan saja sekolah tanpa seragam, tapi insyaallah Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi akan melengkapi seragam, sepatu dan sebagainya,” tutup Bey.
- Suara masyarakat adat Asia Tenggara yang terus tersisih
- Pencemaran mikroplastik semakin luas mengancam kesehatan masyarakat
- Belém Mutirão dan paradoks diplomasi Indonesia di Amazon
- Aksi hijau pelajar Sukabumi di Hari Guru Nasional 2025
- Ketika iman menggugat keadilan iklim di tengah kepungan lobi fosil
- Lima petani tumbang ditembak dalam tragedi berdarah di Pino Raya, Bengkulu


Tinggalkan Balasan