KUSUKA: 82% nelayan sulit mengakses BBM bersubsidi
Rumitnya administrasi hingga minimnya infrastruktur membuat nelayan di Indonesia kesulitan mengakses BBM bersubsidi.
Rumitnya administrasi hingga minimnya infrastruktur membuat nelayan di Indonesia kesulitan mengakses BBM bersubsidi.
Penambangan timah offshore di Pulau Bangka mencemari daerah tangkapan ikan, menjauhkan nelayan dari ruang hidup mereka.
Rusaknya perairan Sungai Kumpeh membuat jumlah ikan berkurang sehingga nelayan kesulitan.
Perubahan iklim bukan lagi sekadar cerita, dia sudah dekat dengan kehidupan masyarakat pesisir Lombok. Walaupun tidak paham istilah tersebut, warga sudah merasakan dampaknya.
Sejak pasir di Kepulauan Spermonde dikeruk, 1.043 nelayan Kodingareng sulit mencari ikan dan menderita kerugian hingga total Rp80,4 miliar.
Kehidupan nelayan dan petani Desa Paputungan mulai terusik sejak 2018 ketika PT Bhineka Mancawisata menguasai tanah untuk mengembangkan KEK Likupang.
Lingkungan semakin rusak. Hasil tangkapan nelayan Halmahera Timur anjlok. Berbanding terbalik dengan hasil tambang nikel PT Antam yang meroket.
Nelayan di pesisir Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, telah merasakan dampak perubahan iklim. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Konawe Selatan bekerjasama dengan Indonesia Marine and Climate Support (IMACS) di sepuluh desa menunjukkan kecenderungan perubahan iklim telah membawa dampak serius pada tingkat pendapatan warga nelayan. Selain itu, sebagian desa-desa di Kecamatan Kolono garis pantainya terkikis karena abrasi […]
Nelayan di Desa Tambea dan Hakatutobu yang dominan dihuni oleh Suku Bajo di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara kini mengalami kesulitan. Lahan bekas tambang perusahaan-perusahaan nikel yang telah berhenti beroperasi di pesisir Pomalaa ditinggalkan begitu saja. Sedimentasi lumpur merah yang berasal dari aktivitas tambang menyebabkan nelayan tak bisa mendapatkan ikan di perairannya. Baca selengkpanya di […]
Nelayan Desa Bangga, Kecamatan Paguyaman Pantai, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, saat ini jarang melaut seperti sebelumnya karena gelombang dan hembusan angin terlalu kencang yang tidak menentu. Ditambah lagi dengan sampah yang dibawa oleh air sungai ke laut. [Baca selengkapnya di Degorontalo]